MENGUAK MISTERI UMUR UMAT ISLAM SEBELUM DATANGNYA KIAMAT
Oleh fandy aprillianto saputra
Menjadi sebuah topik yang cukup menarik apabila kita
mencermati perkembangan zaman dimana saat ini kita berpijak. Sudah menjadi
kesepakatan bersama bahwa zaman ini segala sesuatunya sudah rusak,
manusia-manusia menjadi kurang adab, pergaulan bebas merajalela,
pemimpin-pemimpin negeri seakan hanya bekerja untuk egoisme diri dan
menelantarkan hak rakyat. Meskipun tak sedikit yang berdalih bahwa zaman ini
adalah lebih modern dari zaman dulu. Mereka berkata ini zaman teknologi digital
yang serba canggih, dan bersikukuh menganggap ini adalah zaman yang lebih baik
dari sebelumnya meski cacat moral telah melanda hampir sebagian besar generasi
penerusnya.
Menariknya, periode zaman ini ternyata telah dikabarkan oleh
Rasullullah Muhammad ﷺ
melalui sebuah hadist yang mahsyur,
“Periode an-Nubuwwah (kenabian)
akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya,
setelah itu datang periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan
atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’aala mengangkatnya,
kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit)
selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan
(penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu
yang ditentukan Allah ta’aala, setelah itu akan terulang kembali periode
khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam,” (HR.
Ahmad)
Dalam hadist tersebut Rasullullah Muhammad ﷺ telah dengan jelas
menyampaikan bahwa memang periode kehidupan manusia setelah datangnya islam
terbagi menjadi lima zaman. Periode pertama adalah zaman kenabian (an
nubuwwah), dimana pada zaman itu islam yang turun di jazirah Arab datang
sebagai agama yang membawa hidayah bagi manusia. Pada masa itu bertepatan pula
dengan kemajuan dan perkembangan kerajaan Persia di Timur dan Romawi di Barat
yang kekuasaannya membentang hamper meliputi sebagian besar wilayah dunia.
Kemudian zaman kenabian ini selesai ditandai dengan wafatnya Rasullullah
Muhammad ﷺ
pada tahun 11 Hijriyah.
Kemudian fase kedua setelah nubuwwah adalah fase khilafah
‘alaa minhaji nubuwwah. Kata khilafah artinya adalah pengganti. Maka makna fase
khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah adalah periode dimana umat islam dipimpin oleh
pengganti Rasul (Kholifatur Rasul) yang masih berada pada jalan (minhaj)
kenabian. Dan khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah ini berlangsung selama 30 tahun
sebagaimana yang beliau ﷺ
sabdakan,
”Kekhilafahan umatku selama 30
tahun, kemudian setelah itu adalah masa kerajaan” (HR. Abu Dawud no. 4646,4647; At-Tirmidzi no.
2226; dan yang lainnya; shahih).
Maka dari hadist tersebut khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah
berakhir pada tahun 41 Hijriyah saat khalifah Hasan bin Ali r.a (yang saat itu
hanya memegang kekuasaan selama 6 bulan) menyerahkan kepemimpinan kepada
sahabat Muawiyah bin Abu Sofyan r.a.
Fase berikutnya setelah periode kedua berakhir adalah fase
kerajaan yang menggigit (mulkan ‘adhon). Dalam fase ini umat islam dipimpin
oleh dinasti kerajaan yang sudah bukan lagi khilafah, meskipun dalam buku-buku
sejarah masih cukup banyak yang menyebutnya sebagai masa khilafah. Raja atau
pemimpin umat islam pada masa ini masih memegang teguh Al Quran dan Sunnah
sebagai undang-undang dan panduan hidup. Banyak raja dzolim yang terlahir pada
masa ini, namun juga tak sedikit raja yang arif yang mampu membawa agama islam
jaya hingga seantero muka bumi. Kita bisa melihat kejayaan islam melalui
lahirnya raja Umar bin Abdul Aziz pada masa dinasti Ummayyah, raja Harun Ar
Rasyid pada dinasti Abasiyah, Sultan Muhammad Al Fatih pada kesultanan Turki
Ustmaniyyah, dll.
Fase mulkan ‘adhon ini berakhir pada tahun 1924 Masehi atau sekitar
1342 Hijriyah yang ditutup dan dihapus oleh seorang Yahudi bernama Mustafa
Kemal Attarturk sekaligus menandai dimulainya kekuasaan dan kejayaan Yahudi di
muka bumi. Maka setiap peradaban dan kebijakan dunia yang terjadi setelah masa
ini adalah kebijakan dan sistem dari Yahudi dan orang-orang kafir.
Fase keempat setelah berakhirnya kerajaan yang menggigit
(mulkan ‘adhon) adalah kerajaan yang kejam dan diktator (mulkan jabar). Semua
ulama’ ijma’ bahwa zaman sekarang ini adalah zaman mulkan jabar. Zaman dimana
para pemegang kekuasaan (orang kafir dan Yahudi) memimpin peradaban dengan
sekehendak mereka sendiri. Salah satu contoh bahwa zaman ini adalah zaman
diktator ialah dibatalkannya hasil pemilu demokrasi di Mesir yang memenangkan
dr. Mursi dari partai ikhwanul muslimin, dan tetap digempurnya Palestina
meskipun kelompok Hamas memenangkan pemungutan suara. Sistem demokrasi adalah
sistem politik buatan orang kafir dan Yahudi, akan tetapi jika hasil demokrasi
tak menguntungkan mereka, maka mereka akan dengan mudah membatalkannya. Inilah
sebenar-benarnya diktator.
Di zaman ini pula rasa-rasanya apa yang disebutkan
Rasulullah Muhammad ﷺ
menjadi sebuah kenyataan dimana umat islam berada dalam kondisi jumlah yang
banyak namun mereka tak begitu berharga layaknya buih di lautan. Keberadaan
mereka dikebiri musuh-musuh islam seperti hidangan makanan yang diperebutkan.
Laa haula wa laa quwwata illa billah.
“Hampir tiba masanya kalian
diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka
seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian
banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa
gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam
hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah
Al-Wahan itu?” Nabi ﷺ
bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Dan sesungguhnya inilah yang saat ini kita rasakan. Tak bisa
kita pungkiri bahwa kita sedang berada di zaman yang rusak, dimana segala
sistem dan kebijakan politik internasional dikuasai oleh Yahudi dan orang-orang
kafir. Maka tak aneh jika kerusakan dan perbuatan tak beradab terjadi di
mana-mana.
Jika kita bisa memilih, tentu kita tak ingin hidup di akhir
zaman, di mana huru-hara fitnah akhir zaman amat begitu mengerikan bagi
orang-orang yang mengetahuinya. Jika kita boleh memilih, tentu kita akan
memilih hidup di zaman Rasullullah ﷺ dan menjadi bagian dari pasukan Nabi untuk menegakkan tauhid di
atas muka bumi dan berjuang bersama para sahabat lainnya. Namun, hidup di masa
kini bukanlah keinginan kita, melainkan adalah bagian dari takdir-Nya yang
sengaja Allah pilihkan untuk menguji, apakah diri kita termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang yakin terhadap agama-Nya ataukah tidak.
Fase ini kita yakini dengan sebenar-benar keyakinan pasti
dan akan segera berakhir. Kurang lebih 4/5 periode zaman telah terjadi dan
terbukti kebenarannya. Tinggallah 1/5 periode zaman yang belum terjadi, yakni
periode khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah yang sekaligus menandakan dekatnya
kiamat akhir zaman.
Kelima zaman yang telah Rasullullah ﷺ sampaikan tersebut
sebenarnya merupakan ilustrasi dari umur umat islam di dunia ini. Sebagaimana
ummat Nabi-Nabi sebelum agama islam yang memiliki batasan periode, maka ummat
islam juga memiliki batasan waktu hidup di muka bumi ini. Lantas, di tahun
berapakah umur ummat islam ini akan berakhir?
Yang jelas dan merupakan hal yang wajib kita yakini adalah
bahwa waktu berakhirnya ummat islam adalah tatkala zaman periode kelima, yakni
zaman khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah selesai. Pendapat yang mahsyur terkait
umur ummat islam ini dapat kita ketahui dari tiga Imam yang sudah tidak lagi
diragukan keilmuannya, mereka adalah Imam Ibnu Rajab al Hanmbali, Imam As
Suyuthi, dan Imam Ibnu Hajar As Asqolani.
Imam Ibnu Rajab Al Hanbali mengatakan bahwa umur umat islam
adalah lebih dari 1400 tahun dan kurang dari 1500 tahun. Sedangkan Imam Ibnu
Hajar Al Asqolani dalam kitabnya Al Ijarah dan Kitabul Fitan bahkan mengatakan
hal yang lebih spesifik yakni umur ummat islam adalah 1476 tahun.
Jika saat ini kita berada di tahun 1436 Hijriyah, maka 1476
dikurangi dengan 1436 adalah 40 tahun. Apakah benar ini adalah umur umat islam
yang tersisa? Jawabannya bukan. Penanggalan hijriyah dimulai dari peristiwa
hijrahnya Rasul ﷺ
ke Madinah, maka angka 40 tahun tersebut masih harus dikurangi lagi dengan 13
yang mana adalah bilangan tahun sejak Nabi menerima wahyu sebagai tanda
lahirnya islam sampai beliau ﷺ
hijrah ke Madinah. Maka umur umat islam tinggal 27 tahun.
Dari penjelasan tersebut, jika pendapat yang disampaikan
oleh Imam Ibnu Hajar dan Imam Ibnu Rajab tersebut adalah benar, maka dalam 27
tahun ke depan umat islam akan mengakhiri zama diktator sekaligus menyongsong
datangnya zaman khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah. Dan setelah khilafah akhir
zaman itu selesai, umat islam akan diwafatkan oleh Allah SWT, kemudian
keluarlah Ya’juj dan Ma’juj sebagai tanda besar kiamat Kubro dimulai.
Bagi sebagian orang ini akan menjadi hal yang mengerikan dan
menakutkan. Sebab memanglah hal yang wajar jika manusia merasa takut akan
datangnya hari kiamat. Meski demikian, kita umat islam yang hidup di zaman
akhir ini sebenarnya bukanlah untuk terus menerus menyanyikan lagu kesedihan
dan berkeluh kesah atas ratapan rusaknya moral yang tak beradab. Mindset dan
persepsi umat islam haruslah segera diganti, bahwa sesungguhnya Allah telah
memilih kita sebagai ummat yang akan mengembalikan dan menghadirkan fase
periode zaman kelima, yakni khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah. Kitalah ummat yang
terpilih itu!
Maka pilihan itu adalah di tangan kita sendiri. Apakah kita
akan menjadi sekelompok orang yang turut menjadi pemain dan pejuang kemenangan
agama islam, atau menjadi kelompok yang phobia terhadap hadirnya zaman kelima
itu, zaman khilafah yang tegak di atas manhaj kenabian, ataukah jangan-jangan
kita akan menjadi penonton yang hanya bisa menyaksikan pergulatan akhir zaman?
Selamat berjuang. Anggaplah segala bentuk kedzoliman yang
terjadi di muka bumi sekarang ini sebagai badai yang harus dihadapi. Karena
terkadang Allah sembunyikan matahari. Kemudian Dia datangkan kilat bahkan
petir. Kita pun menangis dan bertanya-tanya, kemanakah hilangnya cahaya?
Rupa-rupanya Allah hadiahkan kita pelangi.
Wallahu ta’ala a’lam.