Detik-detik Perwira Untung Sangaji Lumpuhkan Teroris
Jakarta
AKBP Untung Sangaji (kanan) saat memaparkan
kronologis pelumpuhan dua pelaku teror yang terjadi di Sarinah (14/1) lalu,
Jakarta, Sabtu (16/1/2016). Untung melumpuhkan dua pelaku bom di depan
Starbucks Coffee, Sarinah.
Sempat
disebut sebagai pelaku teror lantaran terlihat tembak menembak dalam video
amatir yang beredar di masyarakat, saat terjadi teror Jakarta, Ajun Komisaris
Besar Polisi Untung Sangaji akhirnya muncul ke publik.
Untung ternyata bukanlah pelaku teror.
Sebaliknya, dialah polisi yang menembak para teroris yang hendak melancarkan
aksi bom bunuh diri dan menembak petugas di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.

"Itu berhasil
saya lumpuhkan, kalau itu sampai dia lepas picunya, pasti saya sudah almarhum.
Itu kekuatannya 20 kali lebih besar dari granat. Bayangkan saja, bom yang lebih
kecil saja meledak pakunya sampai mental ke lantai dua, apa lagi yang
itu," ucap Untung dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat,
Sabtu (16/1/2016).
Untung mengaku, tindakannya saat itu penuh
risiko, terlebih saat baku tembak, ia dan rekannya Ipda Tamat beraksi tanpa
menggunakan rompi anti peluru seperti petugas polisi lainnya. Ia mengaku saat
itu hanya pasrah dan menggantungkan diri pada yang Kuasa.
"Nggak usah nanya saya berani, untuk apa
jadi polisi kalau nggak berani. Untuk apa saya jadi perwira. Kalau saya tidak
ambil tindakan saat itu, bodoh sekali saya. Untuk apa saya digaji masyarakat,
lebih baik saya mati daripada ribuan orang yang mati," ucap dia.
Untung menjelaskan, saat teror terjadi dia
tengah menjalankan tugasnya berjaga di luar ring Istana Kepresidenan. Bersama
satu atasannya, Komisaris Besar Polisi Urip Widodo dan Ipda Tamat, Untung kala
itu tengah ngopi-ngopi di Kafe Walnut -- tak jauh dari lokasi.
"Saya minum kopi di kafe Walnut. Lagi
berempat. Saya ditugaskan di
seputaran luar ring Istana, Sarinah, nggak boleh sampai HI (Hotel Indonesia),
terlalu jauh," kata dia.
Tiba-tiba dia mendengar bunyi tembakan. Untung pun keluar dari kafe untuk
mengecek situasi. Melihat situasi yang kacau, ia pun langsung mengambil
tindakan.
"Yang pertama saya lihat di pos polisi.
(Setelah dicek) Wah ini sih teroris, ini bukan kecelakaan. Saya sampai di sana,
ada korban di bawah. Begitu lihat korban, ini bukan bom biasa ini teroris
karena ada baut, besi-besi tajam, ribuan paku nancap di mana-mana,"
pungkas dia.
Untung pun berteriak melaporkan kondisi yang
dilihatnya kepada pemimpinnya. Pria yang pernah bertugas di Satgas Bom itu lalu
diperintahkan mengambil inisiatif sebelum pasukan datang.
Dia pun langsung mengincar sasarannya bersama
rekannya, Ipda Tamat. Mereka merangsek ke arah Starbucks di gedung Djakarta
Theater. "Saya langsung
perintahkan, Tamat kamu Back up saya. Saya perintahkan Tamat untuk nembak kaki, saya hantam dada kanannya. Tamat
dia disitu," ucap Untung.
Setelah para teroris lumpuh dan memastikan
situasi aman, Untung mendekati pelaku. "Tangan saya ke atas lalu teriak 'minggir'. Begitu nggak gerak,
saya hajar (tembak) di dada. Pas saya hajar, ternyata benar (ada bom yang lebih
besar)," ujar Untung.
Kendati melakukan aksi yang dianggap heroik,
namun Untung menolak jika keberaniannya ini dikatakan sebagai aksi heroik. Bagi
Untung, hal itu sudah menjadi tugasnya. "Saya harus berani, buat apa saya
digaji masyarakat kalau takut," pungkas Untung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar